Menu

Makelar Memakelari Makelar

Praktik ini biasanya terjadi pada bisnis properti.Itulah mengapa, sekarang ramai orang menjual rumah tapi di papan pengumumannya diulisi TP alias tanpa perantara.

Apa salahnya perantara ?
Bukankah mereka adalah marketing gratisan.

Menutup diri dari perantara, sama juga menutup atau membatasi saluran rejeki kita.
Nah, praktik makelar memakelari makelar itu terjadi bilamana kondisinya seperti ini :

Saya jual rumah, minta tolong Pak A dengan harga Rp X
Pak A punya kenalan Pak B, rumah saya diakui milik dia, kemudian ditawarkanya dg harga Rp X + A
Pak B punya temen C, kejadian yang serupa, sehingga harganya naik lagi jadi RP X + A+B
demikian seterusnya... Disinilah terjadi ketidak transparanan...

1. Produk yang bukan miliknya, diakui secara tidak sah (belum dibeli)
2. Terjadi ketimpangan harga yang terjadi di luar pengetahuan pemilik barang yang sah. Sehingga rentan cek cok di kemudian hari.

Bagaimana dengan MLM ?

Siapa Makelarnya ? Siapa juga yang dimakelari ?
Di MLM, saya membeli produk di perusahaan senilai Rp X
Ketika saya merekomendasi teman untuk menjadi member, maka dia pun MENDAPAT HARGA YANG SAMA dan MEMBELINYA LANGSUNG DI PERUSAHAAN, bukan melalui saya. Kecuali status dia adalah konsumen, ketika terjadi perbedaan harga, itu sah-sah saja, wong saya dagang.

Di MLM, semua transparan. Harga distributor berapa, konsumen berapa, komisi berapa.
Justru di dunia konvensional, kita bisa mengadopsi banyak metode dagang yang transparatif seperti ini.

Contoh sederhana saja, ketika mampir makan di sebuah warung kaki lima.
Di tempat yang baru pertama kali kita kunjungi. Tidak ada plank harga, cuma tulisan "BAKSO & ES CAMPUR"
Kita masuk, asal langsung pesan saja.. Dipikirnya paling juga sama dengan warung kaki lima yang lain.
Ternyata ketika bayar, harga per porsinya Rp 50rb. Anda makan sekeluarga, 4 orang, totalnya sudah Rp 200rb.
Belum tambah es campurnya, seporsi ternyata Rp 25rb, kali 4 sudah Rp 100rb. Totalnya Rp 300rb
Padahal cuma makan bakso, tapi habisnnya bisa Rp 300rb sekali andog (Red Jawa = Nongkrong)

Kecewa, gemes, sakit hati ?
yang tersenyum pasti pernah mengalami...

Makanya, perusahaan yang berkembang, mereka transparan.Tampilkan pricelist menu, bayar di depan. Kalau memang ndak cocok dengan harganya, ya ndak perlu ngomel... dan ndak perlu juga beli... Simple kan..

Kesimpulannya, bagi Anda yang tidak mengambil pilihan sebagai pebisnis MLM, juga jangan mendikotomikan sesuai dengan opini publik.
Tidak memilih, bukan berarti membenci...

Jujur, jika kita mau berhitung, katakanlah sebagai seorang karyawan.Ambil saja standar UMR jakarta Rp 2jt.
Dengan jam kerja 8 jam sehari, 25 hari sebulan, berarti Anda dibayar Rp 2jt untuk 200 jam kerja atau dengan kata lain dibayar Rp 10rb sejam.

Ya, mohon maaf, untuk nonton bioskop saja masih kurang... Buat beli es campur saja, habisnya bisa lebih cepat dari 1 jam...
Lagi-lagi saya cuma bisa bilang, kalau bukan karena pertolongan ALLAH SWT, saya yakin seutuhnya angka segitu ndak akan cukup untuk hidup...

Kalau sekadar bertahan hidup saja masih mungkin, tapi kalau untuk benar-benar menikmati hidup,
kita harus memiliki program akselerasi tersendiri...

Bagi yang gajinya diatas ini, tinggal dikali saja kan.

Semisal 10 kali lipatnya. Artinya kita bekualitas Rp 100.000 per jam.
Uang segitu, jika dibawa ke salon atau pusat bugaran seperti pijat refleksi saja bisa habis dalam kurun waktu kurang dari sejam.

Apakah jika demikian, tukang Es Campu, Tukang Salon, dan Tukang Pijit memiliki kemampuan menghasilkan uang lebih baik daripada Anda ?

Berapa banyak investasi yang Anda keluarkan untuk dapat sukses seperti sekarang ?
Pernahkah menghitung biaya pendidikan Anda mulai dari TK hingga perguruan tinggi ?

Berapakah biaya pendidikan Anda ketika TK, SD, SMP, SMA, hingga kuliah di sebuah Perguruan Tinggi ternama ?

Boleh percaya, boleh tidak, jika angkanya kita total, jumlahnya kurang lebih mencapai Rp 100.000.000 !!
Ya, Rp 100juta... Uang yang susah payah dikumpulkan oleh orang tua Anda,Bahkan mereka rela berpuasa, dan mungkin juga berhutang HANYA DEMI MENYEKOLAHKAN ANDA.

Relakah Anda, jika investasi pendidikan dari orang tua Anda yang nilainya ratusan juta tadi hanya hanya menghasilkan tidak lebih dari 2% per bulan atau 24% setahun ?

Sementara infilasi di Indonesia menyentuh 11% pertahunnya.Bagaimana dengan kenaikan gaji Anda ?
Berapa banyak orang di Indonesia yang memiliki penghasilan Rp 2juta hingga Rp 20 juta setiap bulannya ?
Apakah benar AndA BEKERJA HANYA BERHARAP UANG PENSIUNAN ?

Kegelisahan inilah yang sebenarnya mengetuk hati kami.
Andaipun hati Anda tidak bergetar, saya ucapkan selamat..
Karena pasti Anda memiliki kualitas hidup yang memang di atas rata-rata.

Berbisnis MLM adalah pilihan. Sebagaimana mendengar musik...
Ada pop, jazz, rock, juga dangdut.

Bukan berarti ketika Anda suka POP dan Saya suka dangdut,
citra saya jauh lebih rendah daripada Anda.
Walaupun jika mau jujur, pemegang royalti lagu termahal dan terkaya adalah adalah pemusik dangdut.
Karena memang dangdut is music of my country.... hehehehe...

Mari saling menghargai dan memuliakan.

Salam Iwak Peyek !! ^_^

Hukum 2 Akad 1 Transaksi di MLM

Selain perkara haram, ada juga yang menyebutkan perkara 2 transaksi dalam satu akad. Yaitu akad konsumen sekaligus akad makelar.

Apakah benar demikian ?

Imam syafi'i dalam suatu kajiannya, bercerita tentang seorang pemuda yang sedang melakukan perjalanan jauh. Karena lelah, dia bersandar di pinggiran sungai, sambil menikmati embusan angin sepoi-sepoi.Tak terasa ada sebuah apel yang hanyut, dipungut, dan dimakanlah.
Sampai akhirnya habis, si pemuda ini tadi baru ingat. Siapa pemilik buah apel ini ya ?Kalau ada pemiliknya, pasti dia mencari buah apelnya yang jatuh. Disusurinya sungai tadi, karena takut buah apel yang dimakan tadi menjadi haram... Hingga sampailah dia menemukan pohon apel yang tumbuh subur di pinggir sungai.Tak jauh dari situ, dia melihat ada sebuah rumah, pastilah dia pemilik pohon apel yang dia makan buahnya. Diketuklah, hingga pemilik rumah keluar, dan pemuda tadi menceriktakan kegelisahan akibat memakan buah apel tadi. Setelah mendengar kisahnya, si pemilik buah mengajukan syarat demikian,

"Baiklah, buah apelnya aku anggap lunas, jika kamu mau menikahi anakku"

Nah, disinilah konteks 1 akad dua transaksi ini diberlakukan.

"Hutangmu lunas, asal anakmu nikah sama anakku"

Ada unsur pemaksaan, ketidakjelasan nilai yang diperpindahtangankan, serta ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.

Bagaimana dengan MLM ?

Menjadi anggota MLM adalah membeli kartu diskonnya. Agar kita dapat harga murah dan jika ada pembeli, kita bisa mengambil untung.
Di Surabaya, ada pasar GROSIR yang memberlakukan sistim kartu member, dulu namannya MAKRO, sekarang ganti menjadi LOTTE MART.

Dimana salahnya membeli kartu diskon ?

Kalau saya beli dengan harga diskon (harga distributor) kemudian barang yang saya beli ndak jadi saya jual, saya konsumsi pribadi (bertindak sebagai konsumen) apa salah ?

Kalau salah, aturan mana yang melarang pedagang mengonsumsi barang dagangannya sendiri ?

"bukan begitu pak, setelah menjadi member, saya diwajibkan harus belanja terus setiap bulan.. Kalau ndak begitu, saya ndak dapat bonus di MLM yang saya ikuti..."

Ok, sekarang saya tanya, BONUS itu HAK atau kewajiban ? (Hak..)
Kalau hak kan berarti boleh diambil boleh tidak.
Sekarang, apa syarat agar kita menerima bonus ?
Minimal, kita melakukan transaksi pribadi dan memiliki jaringan pemasaran yang muncul atas rekomendasi kita...
Artinya, kalau kita ndak melakukannya, ya ndak terima bonus...Kalau dilakukan, baru terima...

Kalau melakukannya dengan sungguh-sungguh dan hasil kerjanya bagus, bonus juga makin besar, insentif juga ditambah... Betul ndak ?

Belanja bukan wajib, tapi tanggung jawab.
Kalau Anda memilih MLM sebagai profesi, ya itulah kegiatan kerja Anda.
Siapa yang mau membayar mahal untuk orang yang cuma duduk-duduk diem sambil baca koran dan rokokan..
Jelas ndak ada...

Anda memiliki karyawan yang kerjanya sedikit, nuntut gajinya selangit pasti juga segera dipecat. Bonus yang dibagikan kepada member MLM, didapat dari bagi hasil penjualan. Lha kalau semua diem-dieman, belanja ndak, cerita ke orang juga ndak, jualan ndak, perusahaan MLM mau bayar pakai uang dari mana ?

Masa mau diminta "jaga lilin" ? Hehehe...

Bagi yang gabung MLM, hanya untuk dapat harga murah, juga boleh.
Jangan salah persepsi kepada oknum yang mewajibkan...
Itu pilihan..

Karena prinsip dasar MLM adalah merubah pengeluaran menjadi pemasukan, maka sebisa mungkin kebutuhan yang kita keluarkan, diolah kembali menjadi pemasukan.Sederhana kan...

MLM itu Bisnis Piramida

Apa itu piramida ? Piramida adalah sebuah bangunan mirip segitiga, dimana semakin keatas semakin mengerucut posisinya.Sebelum kita komentari bersama, mari kita lihat duluAPA YANG KITA YAKINI SEOLAH-OLAH LUMRAH di kehidupan nyata.

Banyak mana antara karyawan kelas bawah, dibanding dengan karyawan administasi?
Banyak mana karyawan kelas menengah dibanding dengan manajer ?
Banyak mana jumlah manajer dengan direktur ?
Banyak mana jumlah direktur, dengan presiden direktur ?
Apakah semakin tinggi posisi kepemimpinan, isinya semakin sedikit orang ?

Apakah mereka yang menjabat di posisi puncak di perusahaan besar, adalah orang2 yang langsung duduk, atau MENGAWALI KARIRNYA dari bawah ?Dalam piramida, atas tetap atas, bawah tetap bawah.

Pohon keluarga kita adalah piramida... Sebijaksana apapun kita, anak tetap anak, bapak tetap bapak.
Di perusahaan konvensional, sekuat apapun Anda berusaha, ujungnya adalah Presiden Direktur, bukan pemilik perusahaan.

Bagaimana dengan MLM ?

Kembali lagi ke kaidah dasarnya, MLM hanyalah strategi marketing bagi perusahaan konvensional. Jika 1 unit usaha Anda diminta untuk menghasilkan keuntungan Rp 100jt terasa berat. Maka target itu diturunkan menjadi Rp 10jt saja, tapi Anda memiliki 10 outlet. Terasa ringan dan lebih kelihatan gaya kan kalau punya cabang dimana-mana...

Pun sama dengan MLM. Bedanya, license yang diberikan MLM adalah MASTER FRANCHISE. Artinya setiap perwakilan, BERHAK melakukan REKRUTMEN kepada siapapun yang dia kehendaki.

Misal, Anda mengambil usaha sebuah perusahaan besar, dan membuka gerainya di jakarta. Sistim yang dikembangkan adalah MASTER FRANCHISE.
Aturan mainnya adalah, di luar keuntungan yang lain-lain, master franchise berhak mendapat royalti 10% dari setiap outlet yang direkomendasikan.. Katkanlah, Anda merekomendasi ke saya, dan saya mengambil Master Franscise di Surabaya. Selain saya, ada teman Anda juga yang tertarik dan membuka cabangnya di Bandung atas rekomendasi Anda.Karena prospeknya bagus, maka saya infokan bisnis ini kepada teman saya di daerah, dan akhirnya saya dapat merekomendasi 3 outlet tambahan, di Malang, Jember, dan Madiun.

Semisal saja masing-masing outlet berjaya, dan beromset 100jt.
Maka royalti Anda, karena cuma mengenalkan ke dua orang saja (BANDUNG & SURABAYA),adalah (Rp 100jt x10%) x 2= Rp 20jt
Sementara saya karena mengenalkan di tiga kota (MALANG, JEMBER, MADIUN)Maka saya mendapat royalti(Rp 100jt x 10%) x 3= Rp 30jt

Dari sini saja, kita dapat membaca, kalau saya yang bekerja lebih giat, hasilnya lebih besar daripada Anda yang merekomendasikan bisnis ini ke saya.
Inilah fairplay yang ada di MLM.

Man Jadda Wa Jadda
Barang siapa yang bersungguh-sungguh, Allah limpahkan ramhat lebih besar...

Mamang secara stuktural Anda di atas saya, tetapi secara perhitungan income, saya yang lebih besar..

Dimana letak piramidanya ?
Yang ada malah piramida tidak sempurna... Dan tidak akan pernah bisa sempurna...

MLM itu Haram Broo..!!

Sebagai muslim ada istilah Syariat dan Muamalah...
Syariat adalah ketentuan yang mengatur mengenai ibadah,
Sementara muamalah mengenai hubungan sosialnya..
Kaidah Syariah berbeda dengan muamalah..
Dalam syariah, segala sesuatunya dilarang kecuali yang dicontohkan... Melenceng sedikit, inilah yang dikenal dengan Bid'ah...
Muamalah, sebaliknya... Segala sesuatunya diperbolehkan, kecuali yang dilarang.

Allah menghalalkan jual beli, dan mengharamkan riba...

MLM adalah konsep baru yang dijaman nabi belum terdesign komputerisasinya.
Dan Nabi faham, kelak dunia akan berkembang. Maka, ketika ada seseorang yang bertanya bagaimana jika bisnis di model begini begitu, Nabi cuma menjawab :
"Antum a'lamu umuri dunyakum"
Kalian yang lebih faham urusan duniawi.

Asal ndak melenceng dari aturan, silakan lanjutkan.
Kemudian, untuk menjadi seseorang untuk menghukumi sebuah perkara (Mufti) dalam memberikan fatwa harus memenuhi 2 syarat.
1. Mampu menjelaskan proses yang dia hukumi
2. Memahami kaidah hukum islamnya.

Tahu di Alquran, ada perintah judi itu diharamkan. Tapi ketika diminta untuk menjelaskan "Apa itu judi?" "Bagaimana prosesnya?" dia tidak bisa menjawab, maka gugur haknya memberikan sebuah penilaian...

Demikian pula sebaliknya... Piawai dalam menjelaskan proses perjuadian, model-modelnya apa saja, teknik menangnya bagaimana, dst, tapi tidak faham kaidah hukumnya, maka orang ini gugur juga haknya untuk memberikan sebuah fatwa.

Bagaimana dengan MLM ?

Bincang santai dengan DR Antonio Syafiie, Pakar Ekonomi syariah, MLM pada prinsipnya boleh. Kalaupun mau dihukumi secara syara', kita harus melihat dulu...

"Wah MLM Haram" --> MLM yang mana dulu, banyak orang membuat usaha MLM..
"MLM X pak, haram" --> Haramnya dimana ? Perusahaan, Produk, atau bagi hasilnya ?
"MLM itu bikinannya orang non muslim pak, jadi ya haram" Nabi dulu pernah membeli baju zirah dari seorang nasrani... Ndak ada masalah..
"Produk MLM harganya selangit pak, ini pasti mengambil keuntungannya berlipat-lipat hanya untuk membayar bonus membernya" --> Apa salahnya mengambil keuntungan tinggi dari sebuah perdagangan ? Asal buka barang kebutuhan pokok, sah sah saja mengambil keuntungan tinggi dari perdagangan...

Ayam itu HALAL, menjadi tidak halal karena cara menyembelihnya yang tidak halal, maka jatuhnya menjadi haram.
Ayamnya halal, motongnya sudah sesuai aturan, tapi MEMASAKNYA DICAMPUR dengan bahan makanan yang tidak halal, maka jatuhnya juga haram.
Ayam halal, motongnya halal, dimasak dg bahan halal, tapi makannya menggunakan perlengkapan makan terbuat dari emas.. Haram juga jatuhnya...

Haram itu banyak perspektifnya,
Mau dari dzatnya, caranya, atau apanya..
Harus jelas.

"MLM itu haram"MLM apa dulu ? Haramnya dimana dulu ?Produknya, Perusahaannya, Marketing plannya..
Setelah jelas, baru kita bisa diskusikan dan hukumi sesuai aturan syara'.
Tidak dapat digeneralisir.
Ingat, harus tetap objektif

Janji MLM itu Manis Realitasnya NOL

Yup, janji selalu manis...
Janji setia mencintai seorang wanita,
Janji untuk hadir di ulang tahun Anak,
Janji untuk mengunjungi saudara jauh...

Janji.. Janji.. Janji..Janji adalah hutang..

Nah, mengapa orang MLM kok ngomongnya selalu tinggi2, bahkan terkesan ndak realistis...
Yang dapat BMW lah, pesawat terbanglah, income 1M perbulan lah..Bla bla bla bla...

Apakah Anda tidak menyukainya ?

Mungkin komentar yang sama juga dilontarkan oleh para investor Anda, baik perorangan maupun kelembagaan seperti perbankan. Ketika Anda membutuhkan suntikan dana tambahan untuk memperbesar kapasitas bisnis Anda, pasti Anda MENCARI PARTNERsebagai pemodal/investor. Apa yang Anda ceritakan kepada mereka ?

Cerita bisnis Anda yang akan menguasai dunia,
atau kisah dimana uang anda ditilep oleh karyawan...
cerita tentang ketidakpuasan konsumen Anda...
Cerita tentang tidak sehatnya persaingan bisnis...
Saya yakin, hampir mayoritas BERCERITA YANG BAIK-BAIKNYA SAJA.
Karena Anda berharap si investor setuju untuk MEMBERIKAN UANGNYA dalam pengembangan bisnis Anda.Tentu jika ada kerja sama bisnis seperti ini, keuntungan dinikmati kedua belah pihak doong..
Nah, kalau rugi ? Jika investor berusaha menyanggah argumen Anda,Maka dengan SEKUAT TENAGA Anda berusaha mempositifkannya...
Betul ndak kira-kira apa yang saya sampaikan ?

Jika jawabannya adalah IYA, CARA PRESENTASI kita kepada pihak Bank dalam mengajukan kredit jika ditulis kurang lebih seperti ini...
"Kepada kepala cabang yang terhormat, berikut ini adalah usaha saya yang bernama PT "X", bergerak di bidang "X", selama ini beroperasi 2 tahun dan menghasilkan keuntungan "X". SAYA YAKIN jika 1 unitnya saja bisa menghasilkan angka sedemikian fantastisnya. Jika jumlah keran incomenya kita tambah, maka KEUNTUNGANNYA AKAN BERLIPAT GANDA."

Yang pernah ngajukan hutang ke bank, pasti cengar-cengir 

Yup, optimisme MUTLAK dimiliki seorang pengusaha... Ketika Anda bercerita dengan begitu antusiasnya, maka harapannya adalah agar orang yang mendengar presentasi Anda, dapat berkontribusi kepada bisnis Anda. Pun demikian dengan member MLM. Ketika dia bercerita dengan antusias dan prospek bisnis yang ditawarkan, maka harapannya,member MLM tadi tidak sedang menjual produk kepada Anda. Tetapi lebih kepada sebuah negosiasi agar Anda mau menjadi partner bisnis mereka. Ingat ya, partner.. Bukan customer...

Yang namanya partner, maka yang dibangun adalah visi bisnis masa depannya.
Sebagaimana Bil Gates bercerita, bahwa Microsoft suatu saat akan berjaya kepada tim suksesnya, dan tugas mereka adalah bagaimana di setiap rumah memiliki seperangkat PC.Bayangkan jika Bil Gates membangun visi tersebut dengan nada pesimis..

"Yaah, hari ini kita kerja, daripada nganggur ya... Targetnya bagaimana setiap rumah memiliki PC... Tapi kalau ndak tercapai, ya ndak papalah... Mungkin Tuhan punya kehendak lain."

Apa yang kita rasakan jika sekaliber Bill Gates berorasi dengan text yang saya tulis...
Makin micro dan soft kan alias mengkeret semangat kita.

Karena statusnya adalah partner, artinya setara. Jika yang dikritisi adalah pemain MLM gara-gara antusiasnya yang menggelora, bagaimana dengan pebisnis konvensional yang keburu pengen sukses, dikit-dikit franchise.. dikit-dikit franchise.. Bisnis belum tentu untung, udah kepengen franchise atau di BO kan..

Coba tilik bisnis kebab, dulu yang menjamur, sekarang berapa yang tutup...
Padahal invest disana paling ndak Rp 30jt saja masuk... Sudah balik modal belum investornya ?
Di TV pun, dulu pernah ada pengusaha jogja, bikin gorengan dari singkong, hingga akhirnya diangkat di media bersama partai PAN. Jargonnya saya masih ingat, "Omset Rp 2Milyar perbulan" Kemana sekarang ini ? Mengutip sedikit dari Iman Supriyono, penulis FSQ Quotient, ya inilah angka psikologis ketika orang ditawari buka bisnis modal Rp 3jtan... Kalau pun harus tutup, ndak sampai harus nangis darah.. Anggap saja ongkos belajar...

Yang model grobakces-grobakcesan (meminjam istilah Rhenald Kasali menyindir franchise model gerobak gerobakan) seperti inilah, yang akhirnya menjadikan citra franchise jadi jelek di indonesia.. Apalagi kalau beli bisnis instan hanya untuk dipakai sebagai business casing, agar dapat kredit bank untuk dikemplang. Kalau ndak yakin, coba tanya ke Pak Burang (Konsultan Franchise Nasional)

Jadi, berbicara mengenai Janji, bukan cuma orang MLM saja kan..Kita semua pernah berjanji...

Join MLM Cuma Nguntungin Yang Atas

Ada juga beberapa kali statement yang saya tulis ini muncul sebagai opini di masyarakat.
Sekarang jika kita tidak ingin menguntungkan orang lain,
berarti mulai sekarang juga tidak usah beli makan di restoran, karena makan di restoran menguntungkan pemilik restoran...
Tidak usah juga potong rambut di salon, karena potong rambut di salon menguntungkan pemilik salon...
Tidak usah juga service mobil, karena service mobil rutin memberi keuntungan bagi pemilik bengkel...

Jadi, mulai sekarang cuci baju sendiri tidak usah laundry...
Nanem padi dan sayur sendiri, tidak usah beli di mlijo (abang tukang sayur)
Ngajari anak sendiri, karena kalau disekolahkan, memperkaya pemilik yayasan...

Dan seterusnya.. dan seterusnya...

Apakah seperti ini ?

Coba ditarik kembali ke dunia konvensional, 
Apakah dengan memberikan gaji tinggi kepada karyawan Anda, MENGGARANSI dia akan setia, loyal, dan memberikan kualitas terbaik dalam perusahaan Anda ?
Jika jawabannya tidak, APA YANG DICARI OLEH KARYAWAN YANG ANDA GADANG2 TADI ?
Turn over (keluar masuknya karyawan) di perusahaan kita bisa jadi sangat tinggi, bukan semata-mata karena tidak cocok dengan gaji, tetapi juga karena suasana kerja bahkan juga kemampuan leadership Anda.Padahal fungsi karyawan adalah daya ungkit waktu.

Punya 5 sales, masing2 kerja 8 jam sehari, berarti Anda memiliki potensi produktivitas 40 jam sehari. Jika nilai transaksi bisnis kita Rp 100.000 perjam, maka ada pemasukan Rp 4jt ke perusahaan. Dalam sebulan Omset perusahaan (25 hari kerja) adalah RP 100jt

Dari sini terjadi pembagian porsi :
Gaji Direktur 1 Orang @Rp 10jt: Rp 10jt
Gaji Manajer 2 Orang @Rp 5jt : Rp 10jt
Gaji Karyawan 5 Orang @Rp 2jt : Rp 10jt
Biaya operasionil 20% : Rp 20jt
Total : Rp 50jt

Selebihnya, yang Rp 50jt dianggap profit bos atau pemilik usaha.
Apakah jika Anda ketika diperlihatkan laporan keuangan seperti ini, langsung mendemo bos Anda ?
Siapakah yang bekerja lebih keras antara karyawan dengan pemilik usaha ?
Jawaban yang muncul pertama, pasti "Ya jelas saja, kan pemilik usaha MODAL DULU di Depan

"Bagaimana dengan MLM ?"

Hal yang sama, mereka orang-orang pertama yang mengawali bisnis MLM, alias babat alas perjuangannya ya berdarah-darah... Jangan dikira semudah membalikkan telapak tangan. Yang sukses benar-benar dari bawah ada... (Walau yg rekayasa juga ada.. Inilah intrik bisnis... Ndak hanya di MLM, dunia apapun, kita juga akan jumpai OKNUMnya..)

Mungkin yang menjadi catatan dari saya adalah, ketika ada orang yang menawarkan bisnis MLM kepada kita, dan setelah kita menerimanya, kita tidak didampingi, dan diminta kerja sendiri, dan hanya dijadikan layaknya sapi perah... Nah, jika begitu ceritanya, sama dong dengan kondisi di bisnis konvensional, ketika Anda tidak membangun hubungan emosional kepada tim Anda. Oleh karena itu, gaji tinggi tidak selalu menggaransi orang akan loyal kepada Anda seumur hidupnya.

Orang MLM Bikin Orang Ndak Butuh Jadi Butuh

Dari tidak butuh menjadi butuh adalah ilmu dasar dari selling (Penjualan). Ingat bahwa rejeki datang kepada mereka yang produktif, bukan konsumtif. Jika mau jujur, jika kita memiliki restoran, kemudian ada konsumen yang mampir makan di restoran kita, APAKAH DIA BENAR-BENAR BUTUH dengan produk masakan Anda ? Apakah orang yang makan di tempat Anda, tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dengan cara masak di rumah ?

Inilah bisnis, senantiasa ada penawaran, permintaan, dan tentunya juga ada penolakan. Hal yang lumrah sebetulnya, dan sering kita alami, tidak hanya ketika bertemu orang MLM saja.Mampir ke minimarket, beli produk A, kemudian si kasir menawarkan rokoknya lah, pulsanya lah, ini itu. Dan akhirnya belanjaan kita nambah...

Mampir ke rumah makan, ambil porsinya prasamanan... Ketika ditanya "tambah apa lagi... tambah apa lagi..." sampai Anda mengatakan stop/ dah ini saja.Dan ternyata ketika konsumen kembali ke komunitasnya, dia baru sadar, tadi kenapa ya beli ini ? Padahalkan kan belum butuh...

Nah, teknik menjual inilah yang kita kenal dengan Selling with NLP. Siapapunun butuh dan bisa mempraktikkannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Titik krits dari topik ini adalah, ketika ada yang menjual kita dengan cara memakasa. Ya, yang seperti ini kita tidak dapat hukumi secara general. Inilah oknum. Dimanapun tempatnya pasti ada.

Kenapa kok ada orang yang menjual produk MLM dengan begitu mendesaknya... Sampai-sampai bikin risih. Disinilah tantangan pemilik perusahaan untuk memberikan pelatihan yang terbaik, karena hal ini erat kaitannya dengan citra perusahaan. Jika tidak, ya hasilnya seperti yang kita sedang diskusikan, pebisnis MLM pemula adalah pengusaha yang belum terdidik apalagi terlatih.

Wajarlah, kita pun pernah mengalami di waktu awal membangun bisnis. Jika pun Anda menjumpai seorang sahabat dengan kondisi seperti ini, dan ada rejeki lebih.. Bantulaaaaaah... Beli produknya. Kita pun ketika memiliki bisnis, kita juga ingin kerabat dekat kita juga membeli produk atau menggunakan jasa kita. Siapa tahu, "pemaksaan" yang dia lakukan bukan karena keinginannya, tetapi lebih kepada kondisi kepepet. Mungkin dia sedang butuh uang cepat untuk anaknya berobat atau bayar SPP. Tapi karena modal sudah terlanjur dibelikan barang dagangan. Maka dia harus sesegera mungkin menjual produknya dan menjadikannya uang. Orang yang seperti ini masih memiliki harga diri, daripada mengiba mencari hutang, dia lebih rela menjemput rezeki Tuhan melalui perdagangan. Tidak hanya di MLM. Di kehidupan biasapun, ada sahabat kita yang menjual mobil, rumah, dan lain-lain. Karena waktunya sudah mepet, ya kadang bergeraknya di luar kontrol, seperti mengerjakan soal ujian di menit-menit terakhir.

Sebagai sahabat saling mengingatkan dan menjaga perasaan.

Harga Barang MLM Mahal Tidak Sebanding Dengan Manfaatnya

Jika ada yang berkomentar seperti ini, bagaimana jika pertanyaannya dibalik,
"Apa standar murah dan mahal sebuah produk ?" - (semua produk, bukan MLM saja)
Sefaham saya, tidak ada sebuah batasan mengenai berapa persen kita boleh melakukan mark up harga. Misal sebatang rokok diproduksi dengan harga Rp 10 kemudian dijual dengan harga Rp 1.000 maka mark upnya 10.000% !! Kalau standar murah atau mahal ditentukan dari kemampuan beli kita sebagai penjual, sepertinya terlalu naif.
Kita saja jika berhenti di perempatan jalan, kemudian ada anak kecil menjajakan koran, yang harganya Rp 2.000 saja belum tentu beli. Tapi jika disodorkan ruko yang harganya M, rebutan, bahkan dibelain untuk hutang.Apakah koran harganya mahal ? Apakah di kantong Anda saat ini tidak ada uang yang nilainya min Rp 2.000 ?

"Lho, tapi ini kan yang dijual produk kesehatan. Harusnya bisa lebih murah dong !!"

Sekali lagi, murah atau mahal, standarnya janganlah di angkanya, tapi mungkin lebih pas jika kita berbicara di kualitasnya. Ada harga ada rupa. Produk kesehatan sendiri, jika Anda mau kroscek, harga produksi sebuah infus itupun markupnya gila2an. Biaya marketing dari poduk itu dibebankan ke konsumen. Makanya karena keuntungannya yang berlipat, minimal kalau kita ke RS, disuruh ngamar dulu, diinfus dulu... Karena infus labanya lumayan untuk industri kesehatan. Andai dibuka di publik berapa harga produksinya, anda pasti syok.Tapi apa benar sebuah produk hanya dinilai dari harga produksinya ? Apakah Anda tidak menghitung biaya penelitiannya ? Patennya? Dan lain-lain. Oleh karena itu saya katakan, jika mau bermain di MLM, produknya sebaiknya memiliki nilai unik yang sulit dikejar, karena kalau di level komoditas, jelas pasti kalah bersaing di pasar.

Contoh :Harga kopi 1 Kg Rp 8.000 --> ini level komoditas
Naik sedikit satu level, jadi level branding --> Kapal Api misalnya, Dijual per sachet 20gr = Rp 1000 (berarti sekilo bisa jadi Rp 50.000)
Naik level lagi menjadi kelas service / pelayanan, bikin cafe --> Excelso (ini cafenya kapal Api) harga jual per cangkir jadi Rp 50.000 (Sekilo kopi bisa jadi berapa cangkir ?)

Bisa Anda lihat grafiknya, semakin kita pintar memilih segmentasinya, semakin tinggi leverage yang bisa Anda lakukan. Namun, pernahkah Anda melihat ada orang minum kopi di kedai eksklusif seperti excelso dia marah-marah,

"Wah, dasar penipu !! Jual kopi saja mahal amat !!"

Alhamdulillah, sampai sekarang belum pernah menjumpainya. Konsumen kelas atas cukup tahu diri dengan namanya bisnis dengan basis service. Kembali ke produk MLM yang rata2 mengambil produk suplemen, jika memang ternyata mampu membantu proses kesembuhan, mengapa tidak ? Banyak yang saya jumpai, ketika dihadapkan situasi harus operasi dengan biaya puluhan juta, eh, dengan produk MLM, beberapa botol yang nilainya ndak lebih dari 3jt saja, sudah terbantu, bahkan dinyatakan sembuh total.

Apakah PASTI terjadi di setiap orang ?

Tentu saja tidak, produk MLM kan bukan produk dewa. Kalau pun terjadi overclaim, ya ituoknum namanya. Dunia medispun, sampai sekarang juga tidak pernah memberikan garansi sembuh. Tulisan yang diperbolehkan, yag pernah saya baca adalah, "MEMPERJANJANG HARAPAN HIDUP". Kalau sama-sama diminta untuk mencoba, kenapa tidak mengambil saja peluang kesembuhannya dengan biaya yang terjangkau.

Ya mohon maaf, ketika Anda sakit kan juga bukan karena makan eskrim pagi tadi, sore langsung diabetes.. Atau makan soto siang ini, malam langsung kena asam urat... Itu adalah satu proses rangkaian panjang dari pola hidup yang tidak sehat, dan akhirnya mencapai batas maksimal ketahanan tubuh kita.

Kembali ke topik mahal, "APA DEFINISI MAHAL SEBENARNYA"
Mahal adalah dimana kita mengetahui jika kebutuhan shampo kita untuk sekeluarga dalam sebulan adalah kemasan 500ml yang harganya Rp 10.000, tetapi kita lebih memilih membeli kemasan sampo yang 150ml dengan harga Rp 3.500. Artinya kemasan 150ml ini jauh lebih mahal dibanding yang 500ml

Mahal adalah dimana ketika kita tidur di sebuah hotel dengan membayar Rp 150.000, di Hotel A kita mendapat fasilitas TV dan AC, sementara di hotel B kita hanya mendapat TV dan Kipas Angin. Artinya hotel B lebih mahal dibanding dengan A.

Paham maksud saya ya ?

Tidak semua penjual mobil BMW memiliki mobil BMW...
Tidak semua sales Apartemen memiliki banyak apartemen...
Tetapi mereka yang menjual BMW atau apartemen memiliki konsumen yang MAMPU membelinya.
Sehingga pergaulannya jadi meningkat, kenalannya pun naik kelas, sehingga kualitas hidupnya memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik.

***

Hermawan kertajaya mengatakan, market itu terbagi 3 seperti halnya piramida. Di level bawah, adalah level komoditas, dimana di sana sering terjadi pertarungan yang berdarah2... Beda seratus rupiah saja, sudah bisa menyebabkan konflik. Hotel yang Rp 100.000 semalam ada, yang Rp 100jt semalam juga ada.Pertanyaannya, kaya mana diantara keduanya ? Beberpa kali, teman saya pun bercerita ketika dia hendak menawarkan gudang pabrik. Ada pembeli yang nawarnya kebangetan, ada juga yang halus dalam bernegosiasi. Dan rata-rata mereka yang halus responnya, adalah mereka yang berasal dari golongan kaya level atas. Dalam hati, ya mungkin itu mengapa Allah lebih mengamanahkan kepada mereka yang bersikap lebih santun.

Asal bukan di level komoditas, harga produk MLM berapapun tidak jadi masalah. Namun jika yang dimarkup adalah produk kebutuhan sehari-hari hingga masyarakat tidak bisa membeli, nah di sini laknat Allah diturunkan.. (nanti saya carikan ayatnya)

Orang MLM Kehilangan Jati Diri

Tanya :
Ada satu pertanyaan dari saya pak,mumpung diskusi ttg MLM nih. Beberapa orang yg menjalankan MLM menurut hemat saya,cenderung kehilangan "jati diri-nya", nggak punya lagi be yourself-nya. Sejak bergabung dlm sebuah MLM sy melihat beberapa orang sudah bukan seperti mereka yg saya kenal dulu. Cara berpikir, cara bicara, subjek pmbicaraan, hampir selalu didominasi atau mengarah pada MLM-nya itu. Bahkan sy sempat berkelakar, kayaknya dia sekarang melihat manusia sudah bukan lagi melihat teman, saudara, atau apa, tapi melihat orang lain adalah sebagai sasaran atau mangsa atau calon downline! Hehe.. Ada satu pengalaman unik yg cukup membekas di benak saya ; saat ada sebuah acara kumpul2 santai, di situ orang2 yg datang ngobrol santai, saling menanyakan kabar, menceritakan hoby, ngobrol ngalor-ngidul..pokoknya santai lah.. Tapi ada seorang teman anggota MLM, di moment seperti itu dia juga berbaur menclok sana menclok sini, bukan utk ngobrol santai tapi untuk memprospek orang! hehehe.. Hasilnya bagaimana wallahu a'lam.. (Bener pak,sy nggak mengada-ada, asli ini true story

Jawab :
Wa'alaikum salam wr wb bapak.
Salam kenal kembali.

Terima kasih juga telah memberikan apresiasi positif. Apa yang saya lakukan sebetulnya bukan karena ingin membela diri ataupun melakukan propaganda MLM. Tapi lebih kepada mencoba menguji nalar saya dalam memilih sebuah pilihan bisnis.

Andaipun itu benar, kebenaran itu datangnya bukan dari saya, tetapi memang dari zat aslinya sudah benar. Hanya saja, seperti kata pak Ary Ginanjar - Founder ESQ, ketika persepsi / dzon itu menyelimuti akal budi kita, Maka selama itulah kita akan diperbudak mereka.

Katakan haq sebagai yang haq, batil ya batil...

Karena berbicara kebenaran itu ada 3 jenis..

Benar menurut diri sendiri,
Benar menurut orang lain/lingkungan sekitar,
dan Benar menurut Allah...

Nah, kita berbicara di konteks yang mana nih... Dan setiap kebenaran, wajib diuji keabsahannya kan.. (",)

Jika memang diperkenankan, saya ingin mengangkat harkat dan martabat sahabat saya diMLM apapun benderanya untuk dapat berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat luas.

Meminjam istilah Pak Sandiaga Uno, 
"Saatnya pebisnis MLM setara ^_^ "

Kembali ke topik pertanyaan bapak, mengenai "jati diri" dan "be your self"

Jika pertanyaannya dikembalikan ke pak Ahmad, kira2 apa itu "jati diri" ?

Apakah benar dengan menjadi "be your self" akan membuat hidup Anda semakin berkilau di tahun 2013 ini...

Apakah arti sosok lama seorang sahabat Anda, dibanding dengan dirinya yang baru saat ini ?

Bicara mengenai pengalaman bapak tentang sahabat yang mendadak "Demam MLM", mungkin PR besar juga buat kami para trainer & leader MLM di Indonesia.

Kalau saya, mungkin lebih enak menganalogikan perilaku tersebut sebagai perilaku orang jatuh cinta...

Masih ingat ketika kita jatuh cinta pertama kali ?
Kesengsem dengan seorang bunga desa, dan ketika berkumpul bersama sahabat dekat kita, pagi siang sore malam, ceritanya si neng geulis terus. Yang dari kerling matanya lah, sibakan rambutnya lah, gemulai langkahnya, merdunya suaranya, dan semua hal tentang di bunga desa yang menjadikan kita sangat terpesona...

Atau yang gila bola, jika ada sebuah moment dimana terjadi kejadian langka, maka ketika bertemu, pasti rata2 akan "menggosipkan" ihwal yang sebetulnya sama-sama sudah diketahui... Ya terus terang, hal itu menjadi hal yang kurang bermanfaat...

Dan kami di dunia MLM, memang sebisa mungkin menghindari kegiatan yang tidak produktif. Jika kita mau menghitung, dalam sehari berapa banyak waktu yang terbuang untuk hal yang kurang produktif. Ndak usah jauh2, jika kita memiliki 6 karyawan. Di kantor, ketika jam produktif mereka membaca koran online, kemudian berdiskusi mengenai topik di koran tersebut yang tidak berkaitan dengan bisnis Anda. Katakanlah hal ini cuma terjadi 10 menit saja. Berarti dalam 1 hari, Anda kehilangan waktu 1 jam produktif. Sebulan 25jam. Setahun 300 jam. Dalam setahun waktu kita habiskan 300 jam untuk bercuap untuk sesuatu hal yang kita sudah sama sama saling ketahui.

Saya muslim, nabi saya berpesan, kualitas hidup seseorang bergantung bagaimana dari cara orang tersebut menggunakan waktunya.

Di saat kita mengeluh kehabisan waktu, kita justru melakukan pemborosan dengan hal yang kurang bermanfaat. Memang benar, dengan momen seperti itu, mendekatkan hati antara masing2 anggota. Atau dalam kamus jawanya, "Makan ndak makan, yang penting kumpul"

Kalau kami para MLMpreneur, ndak makan ya kelaparan pak.

Kami disini jujur mengakui ketertinggalan secara prestasi dibanding dengan sahabat pengusaha seperti yang ada di TDA. Yang sudah sukses, cabangnya dimana-mana, karyawannya ribuan, akses pasarnya sudah sampai ke luar negeri.

Maka dari itu, kami kejar perbedaan yang jauh tersebut dengan cara bekerja penuh semangat alias PASSION. Dan karena jenis pekerjaan kami adalah presentasi, maka yang kami lakukan adalah presentasi. Baik one on one, maupun masal. Andai dalam 24jam diberi kesempatan untuk tidak pernah lelah presentasi, mungkin kami juga akan presentasi sepanjang hari itu...

Bapak/Ibu pengusaha pun saya yakin memiliki masa lalu yang sama, ketika Anda benar-benar memiliki harapan besar terhadap bisnis yang sedang Anda kembangkan, dari pagi hingga petang pasti terbayang-bayang terus u/ bagaimana melakukan inovasi yang menyempurnakan model bisnis yang Anda pilih. Belum lagi, jika ternyata usaha Anda TIDAK DIDUKUNG oleh orang-orang di sekitar kita.

"Masa sudah di sekolahkan tinggi-tinggi, sudah dapat pekerjaan yang mapan, gaji tinggi, eeeh, kok malah ditinggal... Ngakunya pengen jadi pengusaha... Yang jualan kebab lah, bakso lah, es dawet lah...."

Sebetulnya antara pebisnis MLM dan pengusaha memiliki kesamaan karakter pak. Sama-sama ngeyelan.. Sama-sama ngotot pengen segera sukses, agar ndak lama-lama disindir dan yang lebih utama lagi, impian terbaik bersama keluarga segera terwujud.

Anda dalam praktiknya ada rekan seprofesi saya yang membuat njenengan tidak nyaman, lantaran bekerjanya "kemrungsung".. Saya mewakili beliau minta maaf ke njenengan. Semoga ke depan menjadi pembelajaran yang lebih baik,

Milih Memasarkan Barang Pakai MLM atau Konvensional Ya ?

Berbicara mengenai MLM, alhamdulillah saya praktisi MLM.
Mengenai teknik pemasaran yang hendak dipilih MLM atau bukan, terus lebih menguntungkan yang mana. Bagi saya tetap saja sebagai provider produk, bapak tetap akan beroperasi sebagaimana mestinya perusahaan konvensional.
MLM adalah salah satu strategi marketing. Makanya kepanjangannya adalah Multi Level Marketing. Artinya berfokus kepada membangun tim pemasaran independen alias kemampuan Leadership yang diutamakan.
Jika bapak berharap masing2 dari member bapak senang berjualan, maka lebih cocok dengan pola Direct Selling.
Jika bisnis bapak dipasarkan via internet, namanya Internet Marketing.
Jika promosinya lewat berkirim Email, namanya Email Marketing.
Jika promosi bapak seperti promotor kartu kredit yang menghubungi bapak via telepon, maka nama strateginya adalah Telemarketing.

Sesederhana itu saja. MLM hanyalah strategi marketing. Perusahaan MLM tidak jauh beda dengan perusahaan konvensional pada umumnya. Hanya saja anggaran yang seharusnya bapak keluarkan untuk publikasi, cetak brosur, pasang iklan di koran, TV, radio, adsense, semuanya dikonversinya menjadi program-program bonus.

Justru jika bapak hari ini berusaha untuk menghemat anggaran dana dengan berharap dapat merekrut "sales" gratisan ala MLM, bapak harus bersaing dengan perusahaan asing yang secara kualitas dan pengalaman, suka tidak suka kita harus akui lebih unggul dibanding dengan manajemen Indonesia.

Start up untuk bisnis MLM juga nilainya ndak main-main. Bisa Milyaran rupiah. Angka segitu bisa sangat relatif besar kecilnya. Bergantung visi dari perusahaan bapak. Kalau hanya mau bersaing di kelas RT RW saja, saya yakin tidak perlu terlalu kokoh, bapak bisa unggul. Namun kalau bicaranya Indonesia atau bahkan dunia, bapak harus lebih banyak mempersiapkan infrasturktur. Hal sederhana saja, mengenai ketersediaan produk. Seberapa besar kapasitas produksi bapak. Sekuat apa channel bapak untuk mendapat leader awal yang bagus.

Jangan sampai bapak dipermainkan oleh mafia MLM yang mengaku sebagai leader besar, kemudian morotin bapak. Dan akhirnya merembet ke operasional bisnis. Ada harapan besar mereka yang mau menjadi "sales cuma-cuma" di perusahaan bapak. Jadi jangan sampai kecewakan mereka lantaran ketidakmampuan manajemen di kemudian hari. Kenapa mereka dikatakan entrepreneur atau bisnis owner ?

1. Karena mereka berpartner dengan bapak untuk memasarkan produk bapak. Biaya perjalanan mereka tanggung sendiri, Mereka pun beli produk bapak juga cash/bayar dimuka. Prinsip ini jelas berbeda 180 derajat dengan ketika Anda menggaji sales Anda di belakang dan menitipkan barang Anda di depan. Member MLM punya harga diri, dia modal di depan. Itupun juga sama-sama menanggung risiko barang tidak bisa dikembalikan, dan bapak pun saya yakin tidak menerima pengembalian barang. Jadi member harus berjuang bagaimana caranya agar produk tersebut laku.

Masalah ada cara yang nyleneh di praktik lapangan, misal aga sedikit memaksa. Ya itulah tugas Anda berikutnya, ada hal lain yang disebut sebagai Support System. Sebagai wadah pembelajarannya.Kalau masih ada yang bertindak di luar etika, ya itu namanya oknum.
Apapun profesinya, oknum itu tetap ada, bukan di member MLM saja.

2. "Katanya Business Owner, kok bawa bolpen, kertas, dan gambar bunder-bunder" ?
Sebagai pengusaha kita semua tahu. Apa yang dinamakan bisnis pasti diawali dari hal yang sederhana kemudian dirawat, tumbuh kembang hingga akhirnya memiliki cabang dimana-mana.
Seorang penjual sayur di pasar, itu busineness owner
Seorang penjual nasi bungkus di sebuah warung, itu juga business owner
Seorang pengedar bubur di komplek perumahan itu juga business owner

Alangkah teganya kita jika sesama business owner merendahkan status dan perjuangan saudara kita yang lain. Yang MASIH MENGAWALI karir bisnisnya... Hingga pada suatu saat, si pedagang sayur memiliki Supermarket Sayurnya sendiri...
Si padagang nasi bungkus, punya restora di setiap kota di Indonesia,
si pengedar bubur, mulai mampu menyewa sebuah stand di sebuah sudut Food Court di sebuah Mall...

Inilah proses kehidupan, alangkah kurang bijaksananya kita jika harus mencibir mereka yang mengawali dari nol. Benar-benar dari bawah...Sementara kita yang tidak mau bersusah payah, pengen bisnis instan dan langsung besar tanpa mau melewati proses jatuh bangunnya, mendirikan bisnis saja hutang, belum lagi ketemu ribanya. Itupun juga sama-sama juga tidak ada garansi suksesnya. Ketika Allah berkehendak lain, andaikan saja umur kita tidak sampai tuntas sebelum hutang lunas. Mungkin Anda akan dengan enteng menjawab, hutangnya kan otomatis lunas oleh asuransi. Begitulah silat lidah manusia, padahal bagi mereka yang memiliki hutang, maka amalannya akan menggantung antara bumi dan langit sampai hutangnya lunas.

Itu kalau kondisinya wafat sebelum hutang lunas. Lha kalau ternyata ribanya menjadikan bisnisnya tidak berkah ?
Seperti kata Yusuf Mansur, "Zeet !!" Allah bilang habis, habis sudah...
Rumah yang dulunya disombongkan, akhirnya disita, kemudian Anda pindah menjadi kontrak di rumah kecil.

Mengapa bermodal kertas dan bolpen. Ya inilah efisiensi pebisnis MLM.
Seorang Larry dan Sergey (pendiri Google) mereka ketika berpresentasi di komite investor, dengan yakinnya hanya mengambil secarik kertas putih polos kemudian menggambar satu kontak panjang dan dua tombol di bawahnya. Nilai dana yang diminta adalah jutaan dolar. Dan karena kekuatan keyakinan, akhirnya diluluskanlah permohonannya.

Bagaimana dengan pebisnis indonesia ?

Mau maju ke bank saja masih harus goreng rekening.
Belum lagi dibumbui dusta-dusta kecil agar semua terlihat running well.
Kemudian juga masih bersalam tempel dengan pengambil kebijakan agar semua dipermudah.

Kalau kualitas pebisnis seperti ini yang kita banggakan, sepertinya kok ndak banget.

Seorang pebisnis tidak hanya dinilai dari banyaknya uang, tapi sikapnya.Semoga apa yang sampaikan ini menjadi manfaat bagi kita semuanya.